Om swastyastu
Hari
ini saya akan mecoba untuk memberikan pengetahuan rohani mengenai Fenomena Masyarakat
Hindu terhadap pro kontra mengonsumsi daging sapi. Dengan harapan dapat
memperkuat bhakti kita.
Tentunya,
Saya adalah umat Hindu. Yang sekarang sedang sibuk-sibuknya mengurus tugas KMHD
YBV UNDIKSHA. Salah satu pertanyaannya adalah tentang ini yaitu pro kontra
mengonsumsi daging sapi. Sebenarnya
saya rada bingung dengan pertanyaan ini. Karena dulu, Saya memang pernah
dinasihati supaya tidak memakan daging sapi, dengan alasan yang tidak jelas.
Celakanya lagi orang di sekitar saya (umat Hindu) sering memakan daging sapi.
Sudah tentu saya tidak bisa menerima hal (nasihat) ini, sehingga saya juga
memakan daging sapi.hehehe
Dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada saya mencoba mencari kebenaran
tentang mengonsumsi daging sapi. Ok, ini dia hasil yang saya dapatkan.
Sapi
adalah hewan yang sangat disakralkan oleh umat Hindu. Menurut ajaran agama
Hindu, Sapi merupakan lambang dari ibu pertiwi yang memberikan kesejahteraan
kepada semua makhluk hidup di bumi ini.
Ada perbedaan istilah antara
"menghormati" dan "memuja". Ajaran agama
Hindu memang memperlakukan sapi secara istimewa untuk menghormati
sapi, tetapi bukan untuk memujanya.Hindu hanya memuja satu Tuhan,"eko narayanan na
dwityo sti kascit" tapi menghormati seluruh ciptaanTuhan,
terutama yang disebut "ibu". Dalam tradisi Hindu dikenal beberapa
entitas yang dapat disebut sebagai ibu yang harus kita hormati, yaitu;
Adau-mata guroh patni
Brahmana raja-patnika
Dhenur dhatri tatha prthivi
Saptaita matarah smrtah
"Ketujuh ini dikenal sebagai ibu yaitu: ibu kandung, istri guru (guru
kerohanian), istri brahmana(varna-brahmana), istri raja, sapi, perawat dan
bumi"(Kitab Niti Sastra, Bagian Hitopadesa seloka 39).
Sejak lahir sampai berusia sekitar dua setengah tahun secara teratur sang bayi
akan menerima susu dari ibunya, namun tidak semua bayi/kanak-kanak seberuntung
itu. Jika karena sesuatu dan lain hal sang ibu tidak dapat menunaikan tugas
mulia tersebut maka segera peran ibu diganti oleh sapi (susu sapi). Meski tugas
ini dia lakukan, apakah setelah melewati ladang-ladang peternakan yang
dilanjutkan dengan mekanisme pabrik canggih, susu yang kita berikan kepada
anak-anak kita tetap berasal dari sapi.
Tidak cukup sampai di situ. Konon ASI (air susu ibu). hanya efektif sampai pada
usia dua setengah tahun itu. Banyak orang, lebih-lebih kalangan
"vegetarian", sangat bergantung kepada susu sapi, bahkan sampai akhir
hayatnya. Sapi jantan membantu kita membajak sawah, menarik kereta yang sarat
beban, sementara ia hanya menerima jatahnya; yang pada dasarnya hanya berupa
rumput, yang tidak bisa dimakan manusia.
Sampai pada tahap tertentu seperti saat penyelenggaraan yadnya di mana binatang
kurban disembelih oleh brahmana untuk tujuan persembahan, lungsuran-nya boleh
anda makan. Demikian juga pada saat yang amat terpaksa, ketika tidak ada lagi
pilihan lain anda boleh memakan daging, ini hanya sekadar untuk dapat bertahan
hidup.
Ibu yang melahirkan kita, yaitu ibu kandung
kita sendiri.
Ibu yang menyusui kita walaupun tidak
mengandung kita
Ibu yang memelihara dan mengasuh kita walaupun
tidak melahirkan dan menyusui kita.
Sapi yang telah memberikan sumber panca gavya
dalam pengobatan Ayur Vedic .
Ibu pertiwi, yaitu bumi dan alam ini yang
telah memberikan penghidupan pada kita dan harus kita jaga kelestariannya.
Sapi memang memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan manusia. Seperti di India, terdapat system pengobatan yang
dinamakan AyurVeda. Salah satu teknik pengobatannya disebut dengan "Panca
Gavya" yaitu lima bahan yang menyucikan, yang dihasilkan oleh Sapi, yaitu
: susu, yoghurt,ghee, kencing (urine) sapi dan kotoran sapi.
Dari hasilpenelitian para ilmuwan, diketahui
bahwa air kencing sapi (urine) dan kotoran sapi mengandung zat anti septik yang
bisa digunakan untuk mengobatiberbagai jenis penyakit. Bahkan di dalam yajna
dan memandikan pratima di berbagai kuil, bahan bahan ini sangat diperlukan.
Tanpa panca gavya,seseorang tidak bisa menginstalasi pratima di dalam kuil.
Sapi juga membantu para petani di dalam berbagai hal, selain untuk membajak
sawah,kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk yang memperbaiki lingkungan.
Jadi sesuai ajaran Hindu, apakah seorang
manusia akan tega membunuh sapi dan memakan dagingnya ?,sedangkan sapi telah
memberikan banyak sekali manfaat dalam kehidupan.Oleh sebab itu, sebagian besar
umat Hindu di dunia berpantang untukmengkonsumsi daging sapi. Dan
tidaklah mengherankan apabila banyak sekali ditemukan arca-arca sapi di
situs purbakala maupuntempat-tempat suci, sebagai bentuk penghormatan kepada
hewan ini.
Bahkan Sri Krsna sendiri lebih memementingkan
sapi dari semua makhluk hidup lainnya termasuk para brahmana. Seperti diuraikan
di dalam sastra :
"namo
brahmaëya-deväyago-brähmaëa-hitäya ca jagad-dhitäya kåñëäya govindäya namo
namaù".
Sri Krsna yang muncul ke dunia material ini,
secara langsung telah memberikan contoh untuk menghormati sapi.
Di vrndavan, tradisi menghormati sapitetap
berlangsung sampai sekarang. Di beberapa tempat di daerah pedalaman diVraja
bumi, ketika mereka memasak roti (capati), sapi adalah prioritas pertama dalam
pembagian roti.
Mereka mengangap bahwa Sri Krsna hanya
akanmenerima persembahan kalau mereka memuaskan sapi-sapi dan parabrahmana.
Roti kedua, akan berikan kepada orang suci yang kebetulan lewat didaerah desa
tersebut. Setelah itu barulah roti ketiga dipersembahkan kepada Sri Krsna.
Untuk melihat lebih dekat bagaimana cara umat
Hindu menghargai Sapi, dapat dilihat pada salah satu daerah d iIndonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Hindu, yaitu Pulau Bali. Pada anak-anak di Bali
selalu diajarkan secara turun temurun bahwa apabila ada seseorang yang
makan daging sapi, orang tersebut dilarang untuk datang dan masuk ke
dalam Pura, dan dinyatakan telah melakukan perbuatan dosa.
Namun sayangnya, ajaran ini di salah artikan
oleh masyarakat umum. Dengan larangan ini, sebagian masyarakat menganggap
daging sapi dianggap sebagai makanan yang diharamkan oleh umat Hindu, dengan
sendirinya sapi adalah binatang yang diharamkan juga. Padahal tidaklah
demikian, sesuai dengan ajaran dari kitab suci Veda, sapi adalah binatang
yang suci. Oleh sebab itu, setelah makan daging sapi, wajib hukumnya
untuk menyucikan diri, proses ini disebut dengan prayascita. Cara
pen-suci-annya tidak hanya sekedar mandi sebelum memasuki tempat suci,melainkan
juga harus merenungkan kembali perbuatan dosa tersebut dan berusaha untuk tidak
mengulanginya kembali.
Kita hendaknya tidak melakukan prayascita
seperti gajah mandi. Sri Pariksit maharaj di dalam Srimad Bhagavata
mmenguraikan sebagai berikut.
kvacinnivartate 'bhadrät
kvaciccarati tat punaù
präyaçcittamatho 'pärthaà
manyekuïjara-çaucavat
Artinya:
Kadang kadang, orang sadar akan kegiatan
berdosa namun melakukan kegitan berdosa lagi. Dengan demikian saya mengangap
proses melakukan kegiatan berdosa yang berulang ulang dan penyucian berulang
ulang sebagai hal yang tidak berguna. Ini sama halnya dengan gajah mandi (
kunjara-sauca-vat), karena gajah membersihkan dirinya dengan mandinamun begitu
selesai mandi dan kembali ke daratan, sang gajah akanmenghamburkan lumpur pada
kepala dan badannya. ( Srimad Bhagavatam, 6.1.10).
Diuraikan juga bahwa orang yang membunuh sapi,
atau makan daging sapi, akan menderita di neraka selama ratusan tahun untuk
membayar satu dari bulu sapi yang mereka makan. Jikalau seseorang makan daging
sapi yang memiliki seratus ribu bulu, maka orang tersebut mesti menderita di
neraka selama 100.000 dikali 100tahun.
Akan tetapi sesungguhnya umat hindu
menghindari penyembelihan sapi dan makan daging sapi tidak hanya sekedar takut
untuk masuk neraka, melainkan karena rasa kasih sayang kepada sapi yang
telah berkenan memberikan berbagai jenis manfaat seperti yang telah diuraikan
di atas.
CATATAN: JIKA ANDA DAN ANAK ANDA MASIH MINUM
SUSU SAPI DAN MEMANFAATKAN SAPI, MAKA JANGANLAH ENGKAU BUNUH MEREKA!
Om Shantih Santih Santih Om