Ini sebenarnya blog apa sih? kemarin posting fakta unik sekarang malah cerpen.hahaha. iya, hari ini saya posting cerpen cz cerpen ini begitu menyentuh hati saya. Dan cerpen ini adalah karya adik kelas saya Diah Sanjiwani. Silahkan di baca bagi yang udah penasaran.
“Cinta
tak bersyarat, cinta yang sama sekali tak egois, cinta yang selalu
mementingkanmu. Aku mencintaimu, itu yang terpenting. Walau kamu tidak
mencintaiku, tapi akan selalu kujaga hati ini. Kadang aku lelah, sedih, kecewa,
juga tak jarang aku terluka. Tapi cinta benar-benar membutakanku, membuatku tak
mampu berpaling. Hanya selalu menatap lurus kematamu dan berharap suatu hari
kamu juga merasakan perasaan yang sama. Walau kamu tidak melihatku layaknya
seorang wanita yang mencintaimu. Aku rela tetap menjadi sahabatmu, kapanpun
kamu membutuhkanku, aku akan segera datang menemanimu dan menghiburmu. Biarlah
hanya sebagai sahabat, asalkan dimatamu masih ada aku (novel hate u love u)”. Kata
Sanny. Ary yang mendengarnya pun hanya tersenyum, segera menyiapkan langkahnya
setelah berkata..
“Aku
hanya pergi untuk sementara, layaknya ulat yang terbebas dari fase kepompong
maka ia akan menjadi kupu-kupu. Biarlah aku terbang dengan kedua sayapku,
karena aku akan menjalani hidup di fatamorgana ini, dan melewati dejavu
kehidupan. Aku bukan penyu yang hanya menitip benih cintaku padamu di pulau
ini, tapi aku adalah apa yang tak pernah kamu fikirkan.”
…
Seperti
biasa aku selalu berlari di koridor sekolah saat aku ingin menuju ke ruang
OSIS. Tanpa disengaja, aku melihat sepasang mata yang tak asing sedang
mengintai dari lantai atas kelasku. “Sanny, kka tunggu di kelas ya?”. Wah
ternyata yang dari tadi mengawasiku adalah Kak Ari, kakak sekaligus sahabat
bagiku. Hari ini adalah jadwal kita untuk belajar dan makan ice cream bersama.
Kak Ari ngajarin aku matematika dan aku ngajarin Kak Ari biologi, dan ice cream
adalah hadiah dari Kak Ari untukku J.
Tidak seperti biasanya, aku menyelesaikan
tugas OSIS lebih cepat. Hanya demi bertemu dengan Kak Ari yang 1 minggu lagi
akan UN. “Hey kak…maaf nunggu lama ya, dik lagi ada program, hehehe”. Kata ku
sambil menyibak rambut panjangku. Seketika wajah Kak Ari berubah damai dan
mempersilahkan aku duduk disampingnya. Dadaku semakin sesak saat ku cium harum
parfum yang dia gunakan. Benar-benar aroma yang familiar karena setiap hari aku
menciumnya dari orang yang sama yang sekarang sedang ada disampingku.
3 jam yang kami gunakan untuk
belajar sudah cukup membuat jenuh dan lapar. Akhirnya Kak Ari memutuskan untuk
mengantarku pulang. Tapi sebelum pulang, dia mentraktirku ice cream walls di
Q’mart. Dengan wajahnya yang flat tapi sangat manis kalau tersenyum, dia
menatap mataku namun tak ku balas tatapan itu. Dengan segera Kak Ari
mengalihkan pandangannya dan berusaha mencari materi untuk dibicarakan. “Dik,
waktu untuk kita bersama sudah tidak banyak lagi dan kka takut ninggalin kamu.
Dan satu hal yang sudah lama kka pendam adalah kka suka sama kamu tapi maaf kka
ngga berani mengungkapkannya. Kka sayang sama kamu tapi kka ngga akan minta
kamu menjadi pacar kka. Kka benar-benar ngga ingin kamu menjadi pacar kka,
karena kka takut nyakitin kamu dan merusak persahabatan kita”. Kata Kak Ari.
Tangannya berusaha menggenggam tanganku namun segera aku tepis dan akupun
berlari menuju rumah yang tak terlalu jauh dari Q’mart.
Namun sebelum aku benar-benar
menghilang dari pandangan Kak Ari aku kembali menyibak rambut panjangku dan
dengan sekuat tenaga berteriak : “Kenapa kak? Kenapa? Tidak kah kka tau kalau
dik juga sayang sama kka, dik juga suka sama kka”. Dan tidak lama kemudian aku
sampai dirumah sebelum aku akhirnya menangis dan hanya menangis
Keesokan harinya, tidak ada belajar
bersama lagi, tidak ada traktiran ice cream, tidak ada sapaan dan mata-mata
dari lantai atas kelasku, tidak ada sms, tidak ada telephone masuk, tidak ada
peringan untuk makan, mandi, dan belajar, tidak ada ucapan selamat pagi, dan
tidak ada yang bilang “Selamat malam, selamat tidur, semoga mimpi indah, dan
ingat mimpiin kka yah”. Benar-benar ngga ada sama sekali, bahkan tidak
terkecuali di facebook.
Saat aku termenung sendiri di ruang
OSIS, Rama sahabatku datang menghampiri dan membawakanku sekotak tissue, seakan
dia tau apa yang sedang aku rasakan. Rama duduk disampingku dan menarikku
kedalam pelukannya. “Wajar kok kamu kaya gini, tapi inget jadi professional yah
San. Kak Ari mungkin lagi belajar sekarang, kamu tau kan bentar lagi dia UN?
Sebaiknya kamu semangatin dia dan jangan ganggu dia untuk sementara waktu. Aku
kangen sifatmu yang periang itu, dan Sanny yang seperti ini adalah bukan Sanny
yang aku kenal”. Rama dengan sabar menemani ku menangis disini, dengan sabar
mendengar semua ceritaku tentang Kak Ari. Rama adalah sahabatku selain Kak Ari.
“Besok kka UN, semangat ya…dik yakin
kka pasti bisa jadi yang terbaik”. Selesai mengetik, segera ku kirimkan pesan
itu kepada Kak Ari. Namun 8 jam menunggu, tidak ada balasan sama sekali. Aku
telephone, ngga diangkat. Aku mulai lelah, takut, dan hawatir. Kusibak rambutku
pertanda aku cemas menunggu Kak Ari. Ku sibak rambutku sekali lagi untuk
mengakhiri malam ini.
Dua minggu telah berlalu tanpa
informasi mengenai Kak Ari. Hingga pada akhirnya aku memilih untuk menyibukkan
diri di OSIS agar aku bisa melupakan kenangan bersama Kak Ari. Disela-sela
kesibukanku di OSIS, aku menyempatkan diri untuk membuka facebook dan membuat
sebuah status. “Kamu adalah apa yang aku tulis tapi aku adalah apa yang tak
pernah kamu baca. Aku tidak berharap untuk menjadi orang yang terpenting dalam
hidupmu karena itu merupakan permintaan yang terlalu besar bagiku. Aku hanya
berharap suatu saat nanti jika kau melihatku…kau akan tersenyum dan
berkata…dialah orang yang selalu menyayangiku”.
Setelah
membuat status, tak sengaja aku lihat Kak Ari sedang online dan mengomentari
statusku seperti ini “Berhenti berharap pada orang yang tak menghargaimu, jika
dia cukup bodoh meninggalkanmu, kamu harus cukup pintar untuk melepaskannya”.
Berarti tanpa sengaja Kak Ari ingin agar aku melupakannya. Kusibakkan rambutku
dan berusaha ku tahan air mata ini.
Tak
lama kemudian aku mengetik sebuah sms melalui hp. “Aku harap ini bukan cinta,
aku harap itu bukan dirimun aku berharap bahwa sedikit perasaanku tak akan
diterima, tapi jangan paksa aku untuk melupakanmu” Tanganku bergetar setelah
pesan itu terkirim. Dan yang lebih membuat dadaku sesak adalah tak ada satupun
balasan yang aku terima.
Hari
demi hari aku jalani dengan datar dan tanpa ekspresi. Sakit, jenuh, dan putus
asa kembali menemaniku. Satu bulan tanpa kabar cukup membuat aku tersiksa.
Makan ngga enak, belajar ngga konsen, pokoknya tersiksa menjalani hidup seperti
ini, tanpa kepastian, dan terombang-ambing ditengah satu harapan. Dan seperti
biasa Rama pasti ada disaat aku membutuhkannya, pasti menyediakan pelukannya
sebagai tempat penampungan air mataku. “Ram, hasil kelulusan udah diumumin
kemarin…Tapi sampai sekarang Kak Ari belum ngasi aku kabar, hubungan ini mau
diapain Ram? Aku galau…Aku frustasi Rama…Aku ngga tau apa aku sama dia masih
sahabatan atau ngga” Aku menangis dalam pelukan Rama. Sementara Rama hanya terdiam
dan menjadi tempat paling aman untuk ku.
Tiba-tiba
hp ku berbunyi dan masuk sebuah pesan yang bertuliskan “Tiga hal yang ingin aku
lakukan bersamamu sebelum aku pergi : 1. Makan coklat, 2. Makan ice cream, 3.
Menatap matamu. Sekarang menunggumu ditempat dimana dulu aku memata-mataimu J”. Setelah membaca pesan dari Kak Ari,
Rama menyarankan ku untuk segera menemuinya dan mengatakan bahwa ini mungkin
adalah pertemuan ku dengan Kak Ari yang terakhir.
Sebelum
aku masuk ke ruang kelasnya, kusibakkan rambutku dan mengelap sisa air mata
yang tadi. Dan ketika aku masuk keruangan itu, Kak Ari telah terlebih dahulu
menyambut tanganku dan menenggelamkan ku kedalam pelukannya. Kak Ari
benar-benar ingin menatap mataku, tapi aku melarangnya sebelum dia memenuhi keinginan
yang pertama dan kedua. Walaupun aku dan Kak Ari sudah sahabatan sejak lama,
sekalipun dia tidak pernah aku izinkan untuk menatap mataku. Dan sekarang
saatnya aku tunjukan padanya.
Saat
dia melepaskan pelukannya, dan saat kita melakukan keinginannya yang pertama
dan kedua, dia memegang bahuku dan memaksaku untuk menunjukkan mataku. Tapi aku
berkelid hingga dia mengatakan “Tolong izinkan kka sekali saja dik, sebelum
besok kka pergi” Kata Kak Ari dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya ku pejamkan
mataku dan kubuka perlahan. Betapa kagetnya Kak Ari setelah melihat mataku yang
indah penuh dengan air mata. Dipeluknya aku lagi sekali sebelum aku
ditinggalkan sendiri diruangan ini.
Dengan
langkah goyah Kak Ari berjalan menuju pintu keluar. Aku segera memanggilnya dan
menghampirinya untuk menunjukkan tatapan mataku yang terakhir. Hingga kata-kata
sederhana keluar dari mulutku.
…
Ketika
aku membuka account facebookku, sebuah pesan singkat yang baru masuk segera aku
buka. Isinya adalah sebuah peringatan agar aku selalu ingat kepadanya dan
selalu memberikan tatapan mataku hanya untuk dia seorang, karena tidak ada yang
bisa mendapatkan tatapan ku selain dirinya. Seketika detak jantungku pun tak
terhenti dan wajahku menyeruak merah padam. Segera ku ketikkan kata demi kata.
“Saat cahaya redup karena awan, hujan lebat turun diluar jendelaku, seperti
kenangan sedih dalam hatiku, membuat hatiku kecewa, hilang dalam kerinduan yang
tumbuh lebih kuat dan semakin kuat. Apakah ada cara untuk memutar waktu
kembali? Ketika kau memelukku yang akan membuat cukup bagus”. Setelah membalas
pesan itu, segera aku matikan laptop kesayanganku dan kembali mengerjakan tugas
di ruang OSIS.
Sama seperti hari-hari sebelumnya,
Kak Ari tak kunjung membalas sms ku dan mengangkat telephone dariku. Rasa rindu
akan candaannya membuat ku jenuh dan tak bersemangat. Ku ambil laptop dan
segera ku buka facebook, kemudian kuketikkan sebuah status dengan tenang. “Air
mata adalah satu-satunya cara, cara bagaimana mata berbicara ketika bibir tak
mampu menjelaskan apa yang telah membuat perasaanmu terluka”. Kusibak rambutku
dan kuusap wajahku sebelum ku lihat nama Satya Ariditya mengelike status yang
telah aku buat.
Dengan tergesa dan tangan gemetar ku
buka dinding Kak Ari dan kulihat sebuah status yang baru saja dibuatnya. “Aku
sayang kamu tapi hanya bisa menjagamu dari kejauhan. Dan ku ingin kau tau
meskipun ku jauh kau ada dihatiku dan kau tetap milikku selamanya”. Ku biarkan
rambut panjangku menutupi mataku yang telah basah oleh air mata. Dan kubiarkan tawa
teman-teman di ruang OSIS menutupi isak tangisku saat ini yang tengah
merindukannya.
Oleh
: Ni Luh Wayan Diah Sanjiwani
Kelas
: 11 ia 1
Bagi teman-teman Sepisunyi yang sudah baca postingan ini. Jangan jadi pembaca gelap ya! Tinggalkan komentarnya di bawah ini.